Minggu, 09 Oktober 2016

Ini Perbedaan PLPG 2016 dengan Tahun Sebelumnya


Ini Perbedaan PLPG 2016 dengan Tahun Sebelumnya
Perbedaan antara sertifikasi guru melalui PLPG 2016 dengan PLPG tahun-tahun sebelumnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah membuat surat edaran kepada seluruh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota perihal pelaksanaan sertifikasi guru tahun 2016. Ini untuk mensosialisasikan aturan baru yang akan diterapkan dalam proses sertifikasi guru tahun 2016 melalui jalur Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG).

Baca juga: Aturan Baru PLPG 2016 Yang Sebaiknya Guru Tahu

Salah satu perubahan itu adalah Passing-grade kelulusan UTN PLPG mulai tahun 2016 adalah 80 yang tahun sebelumnya hanya 42. Sehubungan dengan tingginya syarat kelulusan, guru yang akan ikut PLPG tahun ini diharapkan menyiapkan diri sebaik mungkin sebelum mengikuti PLPG. Kisi-kisi soal UTN dan bahan ajar PLPG telah dikeluarkan oleh Ditjen GTK Kemendikbud.

Berikut tabel perbedaan antara PLPG 2016 dengan PLPG tahun-tahun sebelumnya:

PLPG20162015/sebelumnya
Waktu pelaksanaan11 hari10 hari
Komponen kelulusan PLPGUTL, peer teaching, workshop
UTL, UTN, peer teaching, workshop, skor sejawat, skor partisipasi
Pelaksanaan ujian tulis LPTK (UTL)Hari ke 5Hari ke 10

Pelaksanaan Ujian Tulis Nasional (UTN)
Hari ke 11Hari ke 10

Bentuk UTN

UTN online (Computer-based test)

UTN tulis

Syarat mengikuti UTN
Harus lulus PLPGTidak ada syarat

Batas kelulusan UTN
8042
 Bila tidak lulus UTN
Cukup mengikuti UTN ulang selama 4 semester berikutnya secara mandiri (tanpa PLPG ulang)

Dampak Negatif Anak Belajar di Sekolah Terlalu Lama


Dampak Negatif Anak Belajar di Sekolah Terlalu Lama
Terlalu letih belajar, baik di rumah dan di sekolah, bisa menjadikan anak hilang semangat.
Berdasarkan studi dari DeSales University, terlalu lama belajar di sekolah, mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) hingga larut malam, dan bangun pagi esok harinya, bisa berujung pada kondisi kelelahan berlebihan.

Baca juga: Hasil Penelitian Menyebutkan Anak SD Tak Perlu PR

Tidak hanya berakibat kurang baik pada anak-anak, tetapi keletihan
berlebihan dirasakan juga oleh guru dan pengajar, sehingga proses belajar mengajar tidak berjalan efektif.

Anak jadi tidak memiliki waktu untuk berolahraga atau bermain yang bermanfaat untuk menstimulasi syaraf motorik. Terlalu letih belajar, baik di rumah dan di sekolah, bisa menjadikan anak hilang semangat dan tidak aktif bergerak.

Menurut laporan dari Economic Cooperation and Development (OECD), Anak Korea yang wajib belajar sehari penuh di sekolah, bukanlah pelajar cemerlang. Belajar terlalu lama dan menguras tenaga, menyebabkan anak-anak kurang tidur serta olahraga.

Baca juga: Ini Jam Belajar Sekolah Dasar di Beberapa Negara

OECD melaporkan bahwa rata-rata anak Korea belajar di sekolah selama tujuh jam 50 menit, sedangkan anak-anak lain di dunia hanya lima jam. Ironisnya, belajar tekun dan lama di sekolah tidak membuat siswa Korea cemerlang.

Pasalnya, berdasarkan laporan OECD, nilai matematika anak Korea lebih rendah ketimbang teman sebaya mereka di Finlandia. Siswa di Finlandia hanya belajar empat jam dan 22 menit setiap hari di sekolah.